Buku Kunci Gitar Zaman Dulu Dan Sekarang

Buku Kunci Gitar Zaman Dulu Dan Sekarang

Daftar Permainan Anak Zaman Dulu yang Asyik Dimainkan Sekarang

Berikut Gramedia rekomendasikan 15 permainan anak zaman dahulu yang menarik untuk dimainkan.

Permainan zaman dahulu yang tidak kalah asyik adalah bermain petak umpet. Permainan ini dahulu sangat digemari anak-anak karena bisa dimainkan lebih dua orang. Cara bermainnya juga mudah dan tidak memerlukan alat khusus. Anak-anak cukup memiliki skill berlari yang kencang dan handal dalam bersembunyi.

Cara bermainnya adalah cukup menunjuk satu anak sebagai penjaga, lalu pemain yang lainnya harus bersembunyi. Agar adil untuk memilih siapa yang bertugas sebagai penjaga, biasanya anak-anak akan memilihnya dengan cara hompimpa, setelah itu baru si penjaga menutup matanya dan menghitung dari satu sampai sepuluh, setelah hitungan selesai maka si penjaga akan mencari pemain yang lain yang sudah bersembunyi dan ditangkap satu per satu.

Pelajaran berharga dari permainan ini adalah agar anak-anak memiliki kemampuan yang teliti, mengatur strategi dan bersosialisasi. Temukan lebih lengkap cara bermainnya pada buku Permainan Tradisional dan Perannya Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak.

Permainan ular naga panjang semakin asyik jika bermainnya ramai-ramai. Biasanya pemain akan memilih tempat yang lapang dan dimainkan oleh lebih tujuh orang untuk bermain permainan satu ini.

Cara bermain permainan ini adalah dengan memilih dua orang sebagai penjaga dan dipilih secara hompimpa, kemudian dua penjaga yang sudah ditentukan tersebut menyatukan kedua tangannya ke atas membentuk lorong, anak-anak yang lain harus berbaris dan meletakkan tangan di pundak tangan yang ada di depannya.

Setelah itu, melingkar melewati si penjaga yang membentuk lorong tadi sambil menyanyikan lagu ular naga panjangnya sampai selesai.

Ketika lagu yang dinyanyikan selesai, maka seorang anak yang terjebak dalam tangan penjaga lorong harus menentukan pilihan akan bergabung dengan tim A atau tim B. tim yang jumlah anggotanya lebih sedikit bertugas menangkap tim lawan. Ada juga yang memiliki aturan, jika ada yang terjebak di tangan penjaga lorong maka si anak harus keluar dari barisan. Setiap daerah memiliki aturan tersendiri.

Permainan zaman dahulu yang tidak kalah menarik ialah bola bekel. Permainan ini terdiri dari satu bola bekel dengan ukuran besar atau kecil dan enam biji bekel. Cara memainkannya adalah dengan menyusun enam biji bekel tersebut dalam posisi berdiri. Kemudian pantulkan bola bekel ke lantai.

Sebelum bola bekel menyentuh lantai lagi, maka si anak harus mengambil satu biji bekel untuk digenggam di tangan. Lakukan secara berulang sampai semua biji bekel terambil. Jika ada satu saja biji bekel yang tidak terambil atau terjatuh dari genggaman maka permainannya harus diulang lagi dari awal.

Ketika bola bekel memantul lebih dari satu kali, maka anak yang memainkannya tersebut juga dianggap kalah lho. Permainan bola bekel ini cukup memberikan tantangan dan melatih ketangkasan untuk anak-anak. Biasanya permainan ini dimainkan anak-anak perempuan, namun ada juga anak laki-laki yang bermain permainan ini.

Permainan anak yang tidak boleh terlupakan selanjutnya adalah lompat tali. Tali yang digunakan biasanya menggunakan karet yang disambung satu per satu sehingga menjadi rangkaian yang panjang.

Permainan tradisional dari Indonesia yang satu ini juga dapat kamu pelajari pada Buku Pintar Olahraga & Permainan Tradisional, dimana dalam permainan ini, dijelaskan membutuhkan beberapa kriteria agar kamu dapat unggul.

Dibutuhkan kelenturan dan kegesitan tubuh yang ekstra untuk melompati beberapa level rangkaian karet tersebut. Permainan ini bisa dimainkan anak laki-laki maupun perempuan dengan melibatkan minimal tiga orang. Semakin banyak pemain semakin seru.

Kelereng atau yang dikenal dengan sebutan gundu memiliki bentuk seperti kaca bening dan memiliki motif serta warna yang beragam identik dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini cukup mudah dimainkan namun perlu kehati-hatian, karena dikhawatirkan akan tertelan oleh anak di bawah umur.

Permainan kelereng umumnya dimainkan di tanah yang lapang atau lantai yang luas. Cara memainkannya juga cukup mudah, kamu hanya perlu menjentikkan kelereng milikmu ke arah kelereng lawan. Jika ada kelereng lawan yang kena jentik dengan kelerengmu, maka kelereng tersebut menjadi milik kamu.

Siapa saja yang bisa menjentikkan kelerengnya ke arah lawan dengan tepat sasaran maka dia pemenangnya. Permainan ini bisa dimainkan minimal dua orang, tapi semakin ramai semakin asyik.

Permainan satu ini, banyak disukai anak perempuan karena bentuknya yang bermacam-macam dan lucu seperti kartun-kartun untuk dipasangkan. Biasanya terdapat gambar boneka barbie.

Permainan ini membutuhkan modal untuk membelinya. Anak-anak akan membelinya di pedagang mainan keliling atau yang biasa mangkal di sekolahnya. Permainan bongkar pasang ini memiliki manfaat untuk mengasah kreatifitas anak.

Permainan yang wajib anak-anak coba berikutnya adalah congklak. Permainan yang menggunakan biji kerang atau batu-batu kecil dengan papan lubang ini hanya bisa dimainkan oleh dua anak saja dan biasanya dimainkan anak perempuan. Papan congklak ini memiliki 16 lubang dengan isian 98 buah biji-bijian atau batu-batu kecil.

Permainan ini dimulai dengan suit untuk menentukan siapa yang bermain terlebih dahulu. Jika ada yang menang maka pemain harus mengambil semua biji dari salah satu lubang dan biji tersebut diisi satu per satu ke lubang papan congklak hingga biji habis dan setelah itu mengambil lagi semua biji dari tempat terakhir biji diletakkan.

Begitu seterusnya hingga siapa yang mendapat biji paling banyak maka ia yang menang. Permainan ini memberikan keuntungan bagi anak-anak untuk belajar berhitung dan bersosialisasi. Anak-anak juga bisa memainkannya di rumah masing-masing tanpa harus keluar rumah.

Temukan penjelasan permainan ini pada buku Fun Doodle: Mainan Tradisional yang berbentuk buku mewarnai anak, sehingga selain dapat mempelajari permainan tradisional yang ada, kamu juga bisa mengisi waktu luang dengan mewarnai berabgai gambar yang ada.

Bermain layang-layang juga menjadi hal yang mengasyikkan lho untuk anak-anak. Untuk memainkan permainan satu ini, anak-anak perlu lahan yang luas atau lapang, atau bisa juga di pantai.

Permainan ini terbuat dari kertas dan kerangka kayu tipis kemudian dikaitkan dengan senar agar bisa diterbangkan ke udara. Para pembuatnya bisa membuat bentuk apa saja seperti burung, kupu-kupu, atau bentuk lain sesuai permintaan pembeli dengan ukuran yang variatif, dari ukuran kecil hingga raksasa.

Layang-layang bisa terbang tinggi jika kondisi angin stabil. Permainan ini lebih asyik jika dimainkan ramai-ramai untuk melihat layang-layang siapa yang terbang lebih tinggi.

Temukan penjelasan cara bermain permainan layang-layang ini beserta permainan tradisional lainnya seperti kelereng, petak umpet, lompat tali, egrang, dan masih banyak lagi pada buku Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Permainan ini biasanya dimainkan anak laki-laki. Saat ini sudah jarang ditemui anak-anak yang bermain senapan bambu atau biasa dikenal dengan sebutan pletokan. Mainan ini terbuat dari bambu kecil yang kuat dan bambu yang dipilih jangan yang gampang pecah.

Kemudian bambu dibagi menjadi dua dan untuk membuat peluru bisa menggunakan kertas bekas atau koran yang dibasahi kemudian dibuat bulatan-bulatan kecil.

Peluru dibuat menggunakan kertas yang dibasahi dengan tujuan agar tidak sakit jika mengenai lawan. Anak-anak biasanya memainkan ini untuk bermain perang-perangan atau bisa ditembakkan ke lahan kosong. Wah, pasti asyik ya bermain ini ramai-ramai.

Dengan beragamnya permainan tradisional nusantara yang dikenal sejak zaman dahulu, buku Ensiklopedia Negeriku Permainan Tradisional hadir untuk membantu kamu mengetahui segala permainan yang ada agar tidak hilang dengan adanya perkembangan teknologi.

Engklek atau yang biasa dikenal dengan sebutan kotak sembilan merupakan permainan zaman dahulu yang tidak memerlukan properti yang sulit, hanya memerlukan pecahan genting tanah liat saja. Atau bisa juga menggantinya dengan uang koin.

Sebelum memulai permainan, buatlah garis kotak yang berjumlah sembilan di tanah yang rata. Setelah tergambar kotak sembilan, maka pecahan genting tanah liat atau uang koin tadi dilemparkan ke kotak tersebut.

Kemudian kamu harus melompat sampai kotak yang terdapat pecahan genting tanah liat atau koin tadi dengan satu kaki. Tentu permainan ini membutuhkan keseimbangan tubuh untuk melompat agar kaki yang satunya tidak menyentuh tanah.

Pemain yang jatuh atau terpeleset maka harus mengulangnya dari awal. Permainan ini bisa dimainkan anak laki-laki maupun perempuan dengan minimal dua orang. Semakin banyak yang ikut bermain semakin asyik, akan tetapi karena permainan ini dimainkan secara bergiliran maka antrian bermain semakin lama.

Permainan ini sendiri dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, media belajar dalam mengemabngkan kecerdasan emosi dan kreativitas, serta kemampuan bersosialisasi. Temukan penjelasan lebih dalam pada buku Kumpulan Permainan Tradisional Nusantara.

Permainan ini bisa dibilang tidak mudah memainkannya karena butuh keseimbangan, apalagi untuk anak-anak yang baru belajar menggunakannya. Egrang terbuat dari dua galah atau tongkat dengan pijakan yang telah dibuat di bambu tersebut untuk tumpuan kaki.

Kemudian kaki naik di atas pijakan yang telah dibuat dan mulailah melangkah. Usahakan jangan sampai terjatuh, karena kalua terjatuh kamu akan mendapatkan hukuman. Nah, untuk yang baru belajar bermain egrang, sangat perlu kehati-hatian untuk memulainya atau bisa juga minta bimbingan ke teman yang lebih ahli. Permainan ini lebih asyik jika dimainkan ramai-ramai baik laki-laki maupun perempuan.

Wah, siapa nih anak laki-laki Bunda yang suka main ketapel? Permainan ini memang mayoritas dimainkan laki-laki. Mainan ini terbuat dari tiga komponen, yaitu: gagang, alas, dan karet. Gagang ketapel terbuat dari bahan kayu bercabang, biasanya mirip huruf “Y”. kemudian karet pegas atau bisa juga karet gelang dirangkai sedemikian rupa dengan alas agar berguna untuk menempatkan batu atau kerikil untuk dilontarkan.

Permainan ini memberikan keseruan sendiri pada anak-anak. Biasanya anak-anak akan menembakkan peluru buatan atau kerikil untuk menembak sasaran tertentu seperti burung yang sedang membuat sangkar di pohon.

Permainan yang tidak kalah menarik selanjutnya adalah gasing. Anak-anak bisa memainkan gasing ketika jam istirahat sekolah atau sepulang sekolah. Untuk beradu permainan ini anak-anak bisa memainkannya di tanah yang lapang.

Gasing terbuat dari kayu atau bambu yang dimainkan dengan cara diputar menggunakan tali. Kemudian gasing dimainkan secara bersamaan untuk diadu, gasing yang berputar paling lama maka ia pemenangnya, dan sebaliknya, gasing yang paling cepat berhenti maka dia yang kalah.

Permainan gasing ini juga memberi manfaat untuk anak lho, Bun. Keterampilan tangan anak-anak Bunda akan terlatih karena terbiasa memutar gasing dengan baik. Hal ini juga meningkatkan jiwa kompetitif si buah hati serta menambah relasi dengan sesama temannya. Si buah hati bisa tumbuh menjadi pribadi yang sportif.

Permainan ini biasanya dapat ditemui ketika ada perlombaan 17 Agustus. Rasanya kurang afdol kalau 17 Agustus tidak ada permainan satu ini. Permainan yang bisa dimainkan anak laki-laki maupun perempuan ini semakin seru jika dimainkan ramai-ramai. Sambil menggunakan karung goni, para pemain harus melompat-lompat untuk mencapai garis finish. Yang berhasil melewati garis finish terlebih dahulu maka ia juaranya.

Oh iya, Bun. Permainan ini juga memiliki beragam manfaat untuk anak-anak, diantaranya dapat memupuk percaya diri. Saat mengikuti lomba balap karung, buah hati Bunda akan tampil di hadapan publik untuk lompat-lompat menggunakan karung goni secepat mungkin demi mengalahkan lawan mainnya.

Manfaat berikutnya ialah membangun jiwa sportivitas pada si buah hati. Anak-anak harus menuntaskan perlombaan balap karung ini hingga ke garis finish dengan berusaha terus melompat. Dengan permainan ini, anak-anak menjadi tahu bahwa penting untuk menghargai proses dan hasil.

Selain itu, permainan ini juga dapat meningkatkan kecerdasan motorik anak, seperti halnya yang dijelaskan pada buku Ragam Permainan Tradisional Di Indonesia.

Baca juga : 10 Tips Memilih Tas Sekolah Anak

Permainan ular tangga merupakan permainan papan untuk anak-anak yang bisa dimainkan dua orang atau lebih baik laki-laki maupun perempuan. Papan permainan ini dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak terdapat gambar sejumlah ular dan tangga yang menghubungkan dengan kotak-kotak lain.

Namun, seiring berkembangnya zaman, permainan ada yang membuatnya tidak kecil lagi, banyak yang membuatnya menjadi kotak-kotak raksasa sehingga bisa dimainkan juga oleh orang dewasa.

Para pemain memulai bidak di kotak pertama atau angka satu di sudut kiri bawah, dan memulainya dengan melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.

Bila yang muncul adalah angka enam, maka pemain mendapatkan giliran main satu kali lagi, jika tidak maka akan berganti dengan pemain lain. Kemudian bila pemain mendarat di ujung bawah tangga, maka pemain dapat langsung pergi menaiki ujung tangga yang lain.

Bila mendarat di kotak yang bergambar ular, maka pemain harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemain yang menang ialah pemain yang mencapai kotak finish terlebih dahulu atau mendarat di angka 100.

Itu beberapa permainan anak-anak zaman dahulu yang asyik dan kini sudah jarang ditemui. Permainan zaman dulu memang banyak menggunakan fisik sehingga membuat anak-anak bergerak aktif. Motorik si anak semakin berkembang dan bisa meningkatkan kecerdasan otak juga lho.

Nah, kamu sudah pernah mencoba yang mana saja nih? Bagi kamu yang pernah memainkannya, selamat ya ! masa kecil kamu sudah pasti bahagia. Bagi yang belum pernah, tidak ada salahnya untuk mencoba bersama teman-temannya. Tinggalkan gadget kamu sementara dan mulailah bermain bersama teman-teman. Kenangan masa kecil akan selalu indah dikenang di masa depan. Selamat bermain.

Semoga artikel ini bermanfaat ya. Baca juga artikel lainnya berikut ini :

Kunci pintu kayu jaman dulu ternyata masih banyak digunakan di era sekarang. Walaupun saat ini sudah banyak yang beralih ke kunci pintu digital atau smart lock. Tetapi ternyata kunci pintu jaman dulu masih menjadi favorit.

Bukan tanpa alasan, pasalnya kunci pintu jaman dahulu terlihat simpel dan minimalis. Bahkan kunci jenis ini juga mudah untuk kita pakai, yakni hanya menggerakan gagang kunci dan memutar atau menggesernya sampai pintu bisa terkunci.

Dengan adanya kunci pintu jaman dahulu dan smart lock, tentunya bisa memberikan kita pilihan untuk memakai sistem keamanan yang pas untuk rumah. Anda bisa menggunakan keduanya untuk pintu yang berbeda.

Kunci Pintu Digital Fortress Solusi Kemudian untuk Keluarga Anda

Seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, kunci pintu manual memiliki sistem yang terbatas. Bahkan keamanan dari kunci seperti ini juga patut Anda pertanyakan. Terlebih lagi jika Anda berniat memilih kunci untuk pintu utama, tentu harus memilih yang punya sistem keamanan maksimal.

Fortress smart lock hadir untuk memberikan keamanan dan kenyamanan untuk Anda. Dengan memakai kunci pintu elektronik dari Fortress, maka keluarga Anda bisa lebih aman dan lebih terlindungi.

Ada beberapa tipe smart lock yang bisa Anda pilih, yakni Fortress Apollo, Zeus, dan Athena. Ketiga tipe ini menghadirkan teknologi canggih dengan fitur keren super maksimal.

Misalnya saja Anda akan mendapatkan kemewahan teknologi kunci PIN dan fingerprint. Teknologi seperti ini memungkinkan Anda membuka pintu tanpa harus memutar gagang pintu.

Jadi nantinya Anda hanya perlu menempelkan jari Anda pada layar handle smart lock. Setelah data terkonfirmasi maka pintu bisa terbuka dengan sendirinya. Teknologi seperti ini sangat bagus untuk Anda yang hendak beralih ke smart home living.

Terlebih lagi Anda juga bisa mengintegrasikan kunci pintu digital ini dengan perangkat lain. Anda akan puas dapat mengendalikan berbagai perangkat pintar di rumah hanya memakai smartphone saja.

Kunci pintu kayu jaman dulu memang masih diminati oleh sebagian masyarakat Indonesia. Tetapi ternyata masyarakat kini juga mulai beralih untuk menggunakan kunci pintu digital atau yang bisa kita sebut dengan smart lock.

Perangkat smart lock menawarkan keamanan yang lebih baik, kemudahan penggunaan, hingga kontrol jarak jauh. Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan rumah Anda, pertimbangkan untuk beralih ke smart lock.

Dengan teknologi yang terus berkembang, smart lock adalah investasi yang cerdas untuk masa depan. Jangan lupa untuk menggunakan Fortress Smart Lock ya, agar Anda bisa menikmati kemewahan produk dan bisa beralih menuju gaya hidup smart home.

Kunci Pintu Kayu Jaman Dulu vs Jaman Sekarang

Jika kita melihat secara sekilas, keduanya tentu sangat berbeda. Mulai dari segi teknologinya, sistem keamanannya, hingga integrasinya. Berikut kami telah merangkum beberapa perbedaan yang ada pada kunci pintu jaman dahulu dengan jaman sekarang, antara lain:

Dari segi keamanan, kunci pintu kayu tradisional tentunya kurang aman. Hal ini karena kunci fisik dapat hilang, dicuri, atau bahkan diretas dengan cukup mudah.

Selain itu, saat Anda kehilangan kunci, Anda mungkin harus mengganti seluruh kunci dan gembok pintu. Hal ini tentu akan memakan biaya yang mahal dan membuat Anda jadi lebih repot.

Sementara smart lock cenderung lebih aman dan praktis untuk digunakan. Karena perangkat seperti ini memiliki teknologi terkini seperti pengenalan wajah, sidik jari, atau kode pin.

\Keamanan ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan kunci jaman dulu. Karena Anda tidak perlu khawatir kunci hilang, Anda bisa buka pintu pakai smartphone.

Chord Aku Masih Seperti Yang Dulu (Cover Dian Piesesha) - Felix Irwan

Puri Citra Rungkut Blok G-11

Gunung Anyar, Surabaya 60294

Phone/WA: 0878-7583-8289

Email. [email protected]

Senin - Jumat 09.00-18.30 / Sabtu 09.00-15.00

%PDF-1.5 %âãÏÓ 2973 0 obj <> endobj xref 2973 31 0000000016 00000 n 0000002877 00000 n 0000003059 00000 n 0000003511 00000 n 0000003626 00000 n 0000004238 00000 n 0000004723 00000 n 0000004836 00000 n 0000005301 00000 n 0000005873 00000 n 0000006459 00000 n 0000006733 00000 n 0000007375 00000 n 0000028660 00000 n 0000035237 00000 n 0000060107 00000 n 0000060183 00000 n 0000060282 00000 n 0000060433 00000 n 0000060547 00000 n 0000062384 00000 n 0000062463 00000 n 0000062788 00000 n 0000062845 00000 n 0000062963 00000 n 0000063042 00000 n 0000063320 00000 n 0000067151 00000 n 0000836590 00000 n 0000002649 00000 n 0000000939 00000 n trailer <<7B02D4C9B9E9DA4791EA94575E86019B>]/Prev 3602709/XRefStm 2649>> startxref 0 %%EOF 3003 0 obj <>stream hÞÔW}leÞk»»ÙnôÆÖ -¥k÷ã£]o+6)®s| ʤnŒ1:„Í¡“ÁÀu0ôø’ªŒšI‘DIæ,†DÓø�g ¢,1“¨¨Ädÿ˜�`ˆÏ{½´sñ?/éõÞç}žßï÷<Ï{wï `ª^¼ù ù��»2§Ý�š ß:Z{�š°æâiAnOÁDU[OÁ]Ò¶è—þ«½CwI2r­ÅÍþ�qØð3\‚¼UÐ0b*„�I2o�1�îíɬnèŸ$q¨˜d?…®Í-çÜ{¸&8™4Ø 2ÆÞƒ£1Ò-VîGxk�¹WÒ3UÁ‰s"“Ùœ ­°~Ø01Î ‹ÁxŸ ŠÆb81®c*­ìï`4 Œ r_ƒÛjœ`–XÙV�°ŸAÜoªc81ë!D¬l5Hr{!c×€[d'±�í¡�®·^9³¶8ÒÝ}§-8þaß7ý£ã A<߈ÿ5Þ}þÆ‘�ÇÎ�×|âè½½½ïÖ¾Kã5gnÁ#™g4ef—“çsÙ,ÌbÄ+Oa‰·Èâ..%Ô£°Ä³hñÂ%e9¹³Ìh³.] ™ý>sq©Ëé‘%èQ˜Íz¹ŠÊò%�¥’«…N/° ^Éa+Ë+f‹àrê-ehQˆ¼z•me*œU2WбËYµl¹4~ªf¥Eí­Z”ƒ]NkfD9<¨ñÖ¬|JUW�’'[À'ó¸i~2@`5Icw¡…­~º.\«ùÌR%¦d`j6°\¶)kCC=š±ò>5[»~Í3ëÜ*RÓHiÞ-hì2bý†ŸäoV�©°-mŠ®Pu�…ˉ¶¶loÞ¸is¤ñÙ­¹MÛžÛÓUŧµM_,¦œ2¶~:cn»(�’ßÎçÛuX8«°LÕÿR“éhS&…@ï•¢ ¤£M/·N~Gç3�/¯‹Àcë"� �¦KGóÒžÓi’+£”åѾL#†¶,CÁ|Ý2-5ï}¹gEJ_ÒŒ«B¡éÕhöØ7]6©öû2´?�&‹¸°ï•ôaŠÀc«ÀׯÁ:< ¦� 8é•«$XfԔâ„)‡½zäµËtW("�j"�Ÿ8¦H#?v§Ö¢7�Ð-ÆS¯Ÿü÷§‚7ír™¦¤ÉKÉ—ZJ–Œ­‘=šgêék~ä €TŽ'è p9yÂç‡ã‰DÂøGò<Ñfß}ÆxB”^‚} z dÅ陾ùÙ‚lT Ì/ŸçñxT_–:‰Ñ¨ä/ò<†vtJׄGǸŒ�×vÅA�E“¤ 5 _¸^¦3†ëã õ@JHQQt“*ÇS–"�:¦°BEX†Ãá> LKG–"E^C"²\Y�§4®á§BTú¸:¥SNÃ…eJ„Aˆ«dQÍÛ®Hô”tL©¯T×”$=™$O.«°L'‰M—‹§T«oëP0¥à¾„ÎO’©fSªhãy59—T#tÈSi´Œ±«Eá)š©Hš»Ò×T�%ž×KŸ-¤ü=^!ÚψÌóúVh RºzÊ>B¥Vù)S<ïÒu!•¥ì¦jÓVgªÝx˜h¿D©ë�ÔöÿÞgã© ¶;˜¢oH‹Õ�_s¡ŠÉU0ÅÈ(x¬Œfõ0�&ÿðœw³¬#PFÀÔÃæ�!DÊ€LÀ6¼‚ðçµ/O "[Mï#”!{Œ]=8áðÃ)È÷s&pÅZî€Á[!?FI’r’7¡ D`B›~€ùx¶[GžŒ€ öarÛè„?`^ÄxL!´ÙÆH+Ì� gÁêÇ%"° ’PN7ô‚iJav?Ÿ~ö7°S”9x"ûÆìóðDvÚªDœXäØbv�ó�`O’ƒ`(ÿ~7Üô“K/'sj©´Ï…A¸é—‡½îoGè0hû9Œ±+¿Âá¹Õ8‹.h;‚Î ¸:&sj=—'i 1Hs0@ð׋ôq-7€9Áºøí b1þo.AßVGñý'â;µ_ÖqÜôâ–£w7]¸¯Ú�[¸]¸Ý¢ßû®À�‡6Üÿr;,5±jkhݱֺ‹J‹N2}Áûmô^Àßÿ0 müߦ endstream endobj 3002 0 obj <>/Filter/FlateDecode/Index[690 2283]/Length 73/Size 2973/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream hÞìÑ1 0ð4Ô‡c\Gb_õ€Ýö¤I‹˜«�çðžÃsxÏá9<‡çðžÃsxÏá9<÷žÃsxÏñ�'À ¬^(Æ endstream endobj 2974 0 obj <>/Metadata 688 0 R/PageLabels 666 0 R/Pages 670 0 R/StructTreeRoot 690 0 R/Type/Catalog/ViewerPreferences<>>> endobj 2975 0 obj <>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageC]/XObject<>>>/Rotate 0/StructParents 4/TrimBox[0.0 0.0 419.528 595.276]/Type/Page>> endobj 2976 0 obj <> endobj 2977 0 obj <>stream H‰ŒSÛnÛ0}×WðÑYÔÍPXš¶èÒ âaÃ0¨µ›yY´5i0ìïG[¹nCÑË”Dñ’ùu;߬8?Ï'—·#�pq1]{fRHYÐ�A/¬B°Þ «†}„H×ùÍLÂ|ÍúkôÞKGβw붥£Ç]ëJÓ[R*káqÉòÛ¥„Ñ6eW‚šTa;HûØJ•Â!`!P@G;Ɖ‚<‰È“=$˜¡°ÞÀ/00�î=¾áýŒå³Ÿ!vÉß…8‡¬‰ƒ3ž”À�ÃjCÌ*üÒYÕC-e™®¶¶rR %HÓC¨–ìS6äYxäM¿ÀKAۛȑŒŽ² XÈðŽ“Oì–�Nøçê=»ª’T¯ðUG|ÿKM¢4Ú€F¡—˜Udmä%ds>(/)�Dfd#s/k8-ßS ½5˜3°gPo�ú”Ü Ûç^¸Ô?eêÞw•˜¾†T6’ ÕMuu“PÝå×»&y%i½Kzz(ÓqåUµ«–Jj((”pÎk°¶MÙ)‘�›e_šUKH÷M¬Ûº]�YÓ7n6uøBäÕ··TÂWâ_X£°ÃP'Ày³| @[È{Úµ‘a¾†u8þkbíabIh¥Ih­…WŽìÛ^S»Gƒ›Ž�u¾§Ö_£QÚCÿ¾PXú]¥$n'O&ö� §Ýô; endstream endobj 2978 0 obj <> endobj 2979 0 obj <> endobj 2980 0 obj <> endobj 2981 0 obj <>stream H‰\“Ínâ@„ï~Š9&‡È`÷t'’…D ‘8ì�–Ý0ö@,ÛÌ�·ß)ÊJ‹þ,{j¾j1ùf·ÝõÝäòŸqhöarÇ®oc¸×Øw§®Ï–…k»fºßͿ͹³<-Þß.S8ïúã�U•Ë¥‡—)ÞÜúá1ËÄ6Ä®?¹‡?›ý£Ë÷×qüçÐOnáV+׆c úV�ßëspù¼ìiצçÝt{Jkþ½ñû6WÌ÷KÊ4C.cÝ„X÷§�U‹ôY¹ê=}VYèÛÿžë}ÙáØ|Ô1« ¼¼X¤Kâgò3ø…üÞ�7à-y~#¿�ßÉiÓªdf‰ÌrI^‚r.É%XÈödV²‚�l`z–ð,éYÂS¸—`/á^‚½„ù‚|a¾ _˜/Èæò…ù‚|a¾ÌùkòüJ~s>‚ùç#˜�p>‚ùç#˜�ç|<æãééáé9�™x:{8{:{8{úxø(û*ú*s9ÊEŽ2G‘£ÌQä(»+º+»+º+»+º+÷Òy/vWtWvWtWvWtWvWtWvWtWvWt7v7t7:œ�Îg£³ÁÙèlp6:œ�Îg£³ÁÙèœ.øóßÿå8é´º¯3Ö\cLÇk>Òó¹Â‰êúðuêÇati¾Ù_ BüH endstream endobj 2982 0 obj <> endobj 2983 0 obj <> endobj 2984 0 obj <>stream H‰\ÔÍŠâ@à}ž¢–Ý‹&šºu¯� ØÚ .æ‡qæ4)�À˜„¾ýÔÉiz`õHRu?¤òí~·ïÚÉåßǾ>ÄÉ�ۮ㭿�ut§xi»lY¸¦­§�_óg}=Yž·)^÷ݹϪÊå?ÒÅÛ4>ÜÓ¦éOñ9Ë¿�MÛîâž~mÏ.?܇áO¼Ænr·^»&žÓF_ŽÃ×ã5º|^ö²oÒõvz¼¤5ÿîøù¢+æßKb꾉·áXÇñØ]bV-Òkíª÷ôZg±kþ»n%—�Îõïã˜Un^,ÒWÊKæ%òŠy…\2—È[æ-òŽy‡üÆü†üÎœ •çþû{îﱿ/˜dÏì‘…Y�s@VfE6fC¦ÓÃééôpú óù•ù™6›Ð&° m›Ð&° m›Ð&° m›Ð&° m›Ð&° m›Ð&° m›°[A·ÂnÝ »t+ôü�þ  9Àh0šÌ�æ s 9Àh0:œ�Î gàÜ€¹Ê®])ç*æ*ç*æ*ç*æ*ç*æ*ç*æ*ç*æ*»Rt¥4(JƒÂ ìJÑ•²+EWÊ®])»Rt¥4+ÌÆ®]ͳÑl0ͳÑl0ͳÑl0ͳÑl0Íó û‹kË圗¸¿,˜qé™ñ_JaÆ)•¶Ò˜e~¨?ž^<ÞérŸgG}ÇtlÌGÕ|^à¤h»øyš ýàÒ*¼³¿ 1&Ñ endstream endobj 2985 0 obj <>/Filter/FlateDecode/Height 163/Intent/RelativeColorimetric/Length 21017/Name/X/SMask 2992 0 R/Subtype/Image/Type/XObject/Width 230>>stream H‰ì—ùWW†««—ê�¦÷¥ººA•Q£¢`Üã.bDDq7A�¦ÙUŒ‰“ãdqŒÆqL4›ÑŒKÆ% 4jL2Iæ·ù_æ½uDi�8Ž´fê;uúܾu·ªzï{Ÿ�a¤�B )¤�╹.žãÓ8a‚Üh�õZ¤�"zÈ”œ:qŠ!k­mÍ!wùçB0,4õº÷\´�Ëݬ“‰±^£R0¬Ú MÉ1Í/s–žZú…f\}�«·>ä­ÿNvMwh¥kûó’MÊL–ÓÅzÕRüß«�ƒPÍËë\»>šEM6ö@¢O¹Ð "Ý�çÐQ›:ƒÄú9¤ø�‡Ü`ÕŽ›cɺË?‹˜gcøéB}‚tû|Íý®²æEUš±3Á½±~2)~WÁªõšäÖ7ÛÝ•É¡9÷ŸM¨Q¤ÖGsW|i^ZÃù'I¬+Ås†Ò>Ê´`·{÷…È™ì~~¡F•.,×»¶Ÿ5f)-B¬Ÿ[ŠW,äq(DZñ=¾öÆ £†^„V½BBc/¦ãk®ÛÖÑO^*�®ÿ1TžÔø垪˾–» Uo óÅuØÕÐE@· {>.w“ÂÌÇú­Hñ2—0Ù²¼Þ[w›hµá¿?ýQo¢-ÓšÛ^}vô%´Ðz�¯¹fYV§t%Åú IñR„L¥Ñ$g#«‚³ÁÖžÁT��*3"W¤QÖ5›>ðB´Æµóœ½è玳´&Ò’ º÷þ–-€MÄ×Þ´æ·ª_cd²X¿3)br…6%ǹíŒÐDÄ3TNQÄI2¯¾ÈÏvãÈÖ�Ÿ§IÉá÷;¨s¡¥ß²"€±Õ£3Hšè„I2V£F;a&ŠÈ¸©×4w‡~Ò[áÑ¡{„øsc8úJ:}bêg_ÿGõ¨©±~wRŒt¨ý“[N6=Í倲$:põícËÊ€aÚ*CV�kÇYèÐQzš$c={¿¤´·­9DÆ5•Šm¹KkÌ*@/ê®p]x;*f/’;¨‘jÒ³çkÜ÷ȶO $n™nkA'¤ÇôJ1BÁ lk�ÐOï­�"DïÕÝÙjÇÏUZ}CG`µ&Èwå+$ë(99ÈP, €!Š�¿Zîúý¤Ÿ²5q¯—úZï“y{4)¹t(èÖµûE\hÛ˜½žUô‹jݘì©;�8‚ßbñö¢c꤬…RŒPÈ�6óâ}Ä÷šŸÌ«�NÏÞKÖUÍ|ÍuCåIEGVcÔ¦äÆ/¨°®nW‰�qz¡¯í{͘L”­‡DñGèÔ±ñOP¢Òê7/Ýo^vÀ’äüÑ,~aÉéšz�%1¬\arq>R�¹ºž†.õ¨id:µÞSõ Ù8Án[ÁPq<[säABà¥=1–oVŠÿy°¬nâbwåEh&ŠVEmœÅ!µ¨Cóò:ǯ¦å(kÇÍõ·?ðµ?H|ç_¦Ù¥¨ÑM˜ï?ücvi¹¸šQl�sëI™\9| æåµD±Í}º?,$—Õšæì@Á8c¡…†.¾úªhÚлÌ^|i §æ:v*›ÞÇ^ ?ÀüI²6ÔrETF_Cf�LÁ�Ô•â†Ò–`]݆ÏJßÇ æk®¹+¿¢0)4õ¦¢—&i:º8·�©²Ú8÷ÞKžªËö ïªÜ)¸k^T=ñQŽËÙH•ŽÊ……Ê ãŒõ¸eÌ)V˜=hfÍoõüѱõÏPaóÃW-y�¨×ŽŸGŽþ–~[AÄ ¹2Ä�+ý?ÛÖv�õÛ12_}…ó¥2Þt–œò»Ão€4¶ƒcóêÑÓb÷¦¥xÞ %ÆÍ.‘µ?J ÓtÇ×rö¥°$QBö„Ê`Ø]ñ…ŒÓË”wùç°>¥s4Cd“ ÝÒaMóv‰xÙg_÷6C$7—p,ÅÎ`7zA“JçTúÚîe5£3Ð̾þ˜¯í�vÂ<”UÎ$hÞ˜»eè�@lë=ÃÔ<2ZÚlüêÒúþh˜–Ï .ñwübš_6ø\šäld‚„oåpRÓÐeY^ñj)^©PXx¨‘œ× ]Ã劼 ¦gÈ\Ó“)Tä Þð.Õ ìK›šË©lõþE?mŽe•iŠº‰‹øêk¾Ö»®�çðWåJöÖÞ¢°øƒ /àï68!ÍœÛ>FûáÀ ° ü�X¤ŠOÁ:¶œÀz�ëyª¯†±éˆÿØ�Õc2(²¢ÜB2ÄaŽGvW|‰–#ù¶¥x®`Yœž$yHˆ†0 Œ´“œÝ»>!篌+² ÐI=:“Z%hËÊÔ¨Üɾ¦;Ž-¢¥Ê=–¯½åÚñWh‰Üò¤b|¾î¶<Î!Sª={/t_@±ÕW¹õ¢bÃØJÇ(t�ðŒ37  ŸºÊYzʺºÕ˜³ä)ãtKö\D/œéTº“šª6íuÿÁì$›cX]¼{ïeÌbZX�•£/vYópÔļ¤zð\�⥠ؠ%/HŽcšL=¼À}žÊ¯øß ÁoÝmΓ†ö¶¢c@DVk‚߃͟¬úF®·@¨Ž­'ðõ�2…Æ…äRE £&u–·±¸‹²£äTD9H ö_çø4uÂd~?&êækoB‡ “ËUv^n´Ë8­gÏ%_+¡t�S†ËŠ Æ1ælJ8òOäP˜š,€‘ÙÖ½í?ô\�¡ÀŒ^Á0¬ã£šLú¢˜mÛ}çö3œb,¿‡O ¥+ ¶ƒó: Ô[ƒfàZ(ƒMs¶£Kܬ-þ#¿Â÷‘! B��1{jŒÙE ƒÈ†|-ý¾æ~LA´§ÒØÖµ6N/¤Ä;0Ým¾ú*ä:8»gßßÀÆP²mý1l Ê”™)~8K>Ò¥¿�‚­ð-ÿáŸiBÇÞHÂæ‚Ôa¹pT×ÎO"ÀÜÐ¥NœÂÅîT,6¶¤¸þ·fl¨½¡mEl¾‡O ÍØlhc8 $D_à»Ó–Èk èeΓ pu–ž=B„®²O¡èٚߌ»ÚÔY¾¶ïíÅÇ1߉`Cc/œÖµý/ÄE‘‚aÆ!"�–€A‚Èß.‘FH®‡¹†Ú »ì<“ê'/UÚÀÀHÁl…Gé:�3‹‘s§ÂyôÑ0£»ü3/*íäPè¥9¿ï ¨,Á×ݤ;tðÙÑѼ¤†åt1ù.RD –…%âÛ=É€µ’JÈŒh&¬7mIž%Ú)¨¼ã1'+³Ö¢¬IÉ�l Hzìê§æÃWùÚñ‹ªœ[O-@1±»¨'²ÈðÆad2|+…‰áÏ��§ú*­�—ÒÇÂ>¦�ëâ±×\»/ˆâAÒ†ŒÕd©c2°5Ð+ÄŒÀ‰@ÞÃе‘SãòP䃱ø

Integrasi dengan Perangkat Lain

Kunci pintu tradisional biasanya berdiri sendiri dan tidak terhubung dengan perangkat lain. Anda hanya bisa memakai kunci pintu di satu pintu saja.

Sementara untuk perangkat smart lock dapat diintegrasikan dengan sistem perangkat lain. Misalnya seperti sistem keamanan, pencahayaan, atau pengaturan suhu yang ada di rumah.

Kemudahan Penggunaan

Kunci pintu tradisional memerlukan kunci fisik yang harus Anda bawa dan perlu dimasukkan untuk membuka pintu. Hal ini tentu membuat Anda lebih ribet karena harus membawa kunci kemana saja.

Sementara smart lock jauh lebih mudah untuk digunakan. Anda bisa membuka pintu dengan mudah menggunakan sidik jari, kode pin, atau bahkan melalui aplikasi ponsel Anda. Hal tersebut membuat akses ke rumah jauh lebih mudah, nyaman, dan praktis.

Monitoring dan Kontrol Jarak Jauh

Kunci pintu tradisional tidak memberikan kemampuan untuk memantau atau mengendalikan akses ke rumah dari jarak jauh. Anda harus berada di depan rumah untuk bisa membuka atau mengunci pintu.

Sedangkan untuk Smart lock memungkinkan Anda dapat memantau dan mengendalikan akses rumah jarak jauh. Anda dapat mengontrol rumah dari mana saja dan kapan saja. Bahkan Anda juga bisa membuka maupun menutup pintu dari jarak jauh.

15 Permainan Anak Zaman Dulu yang Asyik – Indonesia kaya akan keberagaman budaya, suku, bahasa, pakaian adat, lagu, hingga permainan tradisionalnya. Sayangnya, mayoritas anak Indonesia saat ini lebih memilih permainan favorit yang ada di gadget daripada permainan di luar rumah yang melibatkan aktivitas fisik, terlebih di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan anak-anak untuk lebih banyak tinggal di dalam rumah. Kondisi tersebut tentu bertolak belakang dengan kondisi anak-anak zaman dahulu yang lebih banyak bermain di luar rumah.

Bermain merupakan kegiatan bersenang-senang dan dibutuhkan oleh anak untuk mengembangkan sosialisasi dan kreativitas. Beragam permainan anak zaman dahulu yang melibatkan aktivitas motorik agar anak selalu aktif, lincah, dapat berinteraksi dengan yang lain, dan menjalin pertemanan. Selain itu, anak-anak juga berlatih mengelola emosi dan belajar ketangkasan.

Nah, pasti teman-teman sudah rindu kan permainan anak-anak zaman dahulu. Kita nostalgia dulu yuk ! Kita kembali ke masa lalu untuk melihat permainan apa saja yang asyik untuk diajarkan ke anak-anak.